Naskahlakon pada teater tradisional dituangkan dalam bentuk bedrip atau bagal cerita atau lakon bersifat garis besar dari adegan lakon yang akan di pentaskan. Lakon bersumber dari kisah-kisah roman, kisah 1001 malam (desik), kisah gambaran kehidupan sehari-hari, sejarah, legenda, babad, epos, dst. yang mengakar, tumbuh dan berkembang di tengah Ilustrasi merumuskan konsep teater modern. Sumber konsep teater modern, seni pertunjukan tradisional mulai terpengaruh oleh faktor luar. Contoh seni pertunjukan atau peran yang konsepnya sudah termasuk ke dalam teater modern, misalnya, drama, film, dan peran merupakan unsur yang mendasar dalam suatu pentas teater. Mengutip dari buku Seni Budaya yang ditulis Zackaria Soetedja dkk., seni peran secara etimologi berasal dari kata “to act to” yang berarti berbuat, bertindak, melakukan atau berbuat menjadi atau berbuat seolah-olah menjadi di luar dirinya. Sehingga, pemeranan dalam seni teater identik dengan merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, akting merupakan penampilan pemeran melalui gerak tubuh, ekspresi wajah, dan emosi ketika memerankan tokoh cerita di hadapan penonton. Pada intinya akting adalah perlakuan yang dikerjakan secara sadar untuk meyakinkan orang seorang penipu yang hendak mengelabui korbannya. Si penipu itu sebenarnya telah melakukan akting dengan cara berlaku meyakinkan korban, sehingga ia yakin bahwa penipu telah bertindak apa konsep teater modern. Sumber Teater ModernSederhananya, konsep teater modern merupakan teater yang penyampaian, penaskahan, dan lainnya terpengaruh metode-metode Barat. Selain itu, penciptaannya pun cenderung berasal dari fenomena kehidupan manusia atau karya mendasar, akting terbagi menjadi dua, antara lain akting presentasional dan akting representasional. Berdasarkan buku berjudul Seni Budaya yang ditulis Sem Cornelyoes Bangun dkk., akting presentasional adalah suatu akting saat pemeran memadukan tubuh, roh, dan jiwa dari karakter yang ada di dalam naskah ke dalam tersebut menghasilkan mutu akting yang wajar, indah, dan tepat sebagai seni pertunjukan. Hal ini sebagaimana yang diacu oleh metode realisme Konstantin akting representasional, yaitu bentuk sajian teater yang paling tua dan bertahan hingga kini dalam sejumlah sajian teater tradisional. Sajian ini menitikberatkan pada gerakan-gerakan lahiriah tanpa merinci detail gerakan-gerakan Lakon Teater Modern IndonesiaMenurut buku yang ditulis Sem Cornelyoes Bangun dkk., kehidupan teater modern Indonesia mulai menampakkan wujudnya setelah Usmar Ismail menulis naskah lakon yang berjudul Citra pada lakon pada masa tersebut bukan bertema pahlawan-pahlawan epik atau para bangsawan. Namun, sesudahnya mulai bermunculan naskah-naskah tentang kehidupan sehari-hari atau manusia Indonesia yang sedang menggalang kekuatan menuju pecahnya modern Indonesia semakin semarak dengan berdirinya Pusat Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Terlebih setelah kepulangan Rendra dari Amerika dengan eksperimen-eksperimennya yang monumental. Misalnya, yang terdapat pada naskah lakon Bib Bob, Rambate Rate Rata, Dunia Azwar, dan banyak samping itu, mulai banyak grup teater yang memiliki penyajian berbeda antara satu sama lain. Mereka tak hanya mengadopsi naskah lakon dari Barat, tetapi menggali akar-akar teater tradisi dalam penulisan naskah yang dimaksud dengan konsep teater modern?Sebutkan jenis-jenis akting!Apa yang dimaksud dengan akting presentasional? Naskahlakon disebut pula dengan skenario. Naskah

Menginterpretasi Dan Mendeskripsikan Dalam Naskah Lakon Teater Modern Indonesia 1. Menginterpretasi Naskah Lakon Bila kita akan mempertunjukan naskah lakon tertentu, maka kita harus mengupayakan agar naskah lakon yang kita pertunjukan tidak berjarak dengan penonton. Artinya, penonton dapat menangkap arti dan makna, baik yang tersurat maupun yang tersirat yang kita visualisasikan di dalam pertunjukan. Mengupayakan agar Menginterpretasi Dan Mendeskripsikan Dalam Naskah Lakon Teater Modern yang akan kita pertunjukan tidak berjarak dengan penonton, berarti kita harus mengenal naskah lakon tersebut terlebih dahulu, kemudian menginterpretasikannya. Misalnya, naskah lakon Mentang-mentang dari New York karya Marcelino Acana Jr dramawan Filipina, terjemahan Tjetje Yusuf yang disadur oleh Noorca Marendra. Naskah lakon tersebut bercerita tentang Bi Atang seorang janda dan anak gadisnya, Ikah, yang berlagak seperti orang kaya, padahal hidupnya pas-pasan. Setting sosial dari cerita Filipina ini sangat mirip dengan setting sosial masyarakat di Indonesia. Oleh karena itu, Noorca Marendra menyadurnya, memindahkan setting peristiwanya ke kampung Jelambar, di wilayah Jakarta Barat. Bahkan, Menginterpretasi Dan Mendeskripsikan Dalam Naskah Lakon Teater Modern ini setting peristiwanya bisa dipindahkan ke setting peristiwa di Aceh, Batak, Minang, Sunda, Jawa, Madura, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Timor, Dayak, Banjar, Minahasa, Toraja, Bugis, Makassar, Ternate, Ambon, bahkan di Papua. 2. Mendeskripsikan Naskah Lakon Mentang-mentang dari New York merupakan naskah lakon realis yang menyajikan kewajaran dan bahkan kejadian/peristiwa yang dihadirkan merupakan kenyataan dari hidup sehari-hari. Seluruh kejadian/peristiwa dalam naskah lakon ini berlangsung di rumah Bi Atang yang digambarkan sebagai berikut. “Ruang tamu di rumah keluarga Bi Atang di kampung Jelambar. Pintu depannya di sebelah kanan dan jendela sebelah kiri. Pada bagian kiri pentas ini, ada seperangkat kursi rotan, di sebelah kanan ada radio yang merapat ke dinding belakang. Pada bagian tengah dinding itu ada sebuah pintu yang menghubungkan ruang tamu dengan bagian dalam rumah itu. Pagi hari ketika layar terbuka, terdengar pintu depan diketuk orang. Bi Atang muncul dari pintu tengah sambil melepaskan apronnya dan bersungut-sungut. Bi Atang ini orangnya agak gemuk, jiwanya kuno, tetapi tunduk terhadap kemauan anak perempuannya yang sok modern. Oleh karena itu, maklum kalau baju rumahnya gaya baru. Apronnya berlipat-lipat dan potongan rambutnya yang di “modern”-kan itu tampak lebih tidak patut lagi.” Menginterpretasi Dan Mendeskripsikan Dalam Naskah Lakon Teater Modern satu babak ini, bercerita tentang Bi Atang dan anak gadisnya, Ikah, yang sok modern. Gaya Ikah membuat kekasih dan teman-teman sepermainannya heran dan tidak lagi mengenalnya sebagai anak Jelambar. Di penghujung cerita, Ikah akhirnya menyadari kekeliruannya. Ceritanya pun berakhir dengan kebahagiaan. Karakter yang ada di dalam naskah lakon ini sebagai berikut. a. Ikah Anak gadis Bi Atang yang sok modern karena pernah menetap selama 10 bulan, 4 hari, 7 jam, dan 20 menit untuk belajar sebagai penata rambut dan kecantikan di Amerika. Ia mengganti namanya menjadi Francesca. Gaya bicaranya dibuat-buat seperti lafal orang Barat. Di rumah ia mengenakan gaun yang mengesankan dihiasi kulit binatang berbulu pada lehernya. Sebelah tangannya mengayun-ayunkan sehelai sapu tangan sutra yang selalu dilambai-lambaikan apabila berjalan atau bicara. Meskipun sudah pulang ke Jelambar, Ikah masih merasa berada di Amerika. b. BI Atang Agak gemuk. Janda yang menurut saja apa yang dikehendaki anak gadisnya, Ikah. Bi Atang didandani dengan dandanan yang norak dan aneh oleh Ikah. Rambutnya dipotong pendek, alis matanya dicukur, kuku dicat, berbedak, dan bergincu, seperti tante girang, sehingga menjadi bahan tertawaan tetangga. Akan tetapi, sebenarnya dia orang baik dan sangat mencintai anak gadisnya, Ikah. Oleh karena itu, dia menurut saja semua yang dikatakan Ikah. Dia tidak mau berselisih dengan Ikah. Bahkan, Ikah menyuruh setiap orang untuk memanggil ibunya dengan sebutan Nyonya Aldilla. c. Anen Kekasih/tunangan Ikah. Seorang insinyur yang cukup perlente, tetetapi dia sudah bertunangan dengan Fatimah. d. Fatimah Anak gadis dari keluarga yang cukup kaya di kampung Jelambar. Ia telah bertunangan dengan Anen. e. Otong Pemuda kampung Jelambar. Teman sepermainan Ikah, Anen, dan Fatimah yang diam-diam mencintai Fatimah. Baca Juga Penyusunan Dalam Naskah Lakon Teater Modern Indonesia Naskah Lakon Dari Sebuah Teater Modern Indonesia Improvisasi Dan Karakter Dalam Pemeranan Dari Sebuah Teater Modern Demikian Artikel Menginterpretasi Dan Mendeskripsikan Dalam Naskah Lakon Teater Modern Indonesia Yang Saya Buat Semoga Bermanfaat Ya Mbloo Artikel Terkait Langkah-Langkah Dan Penulisan Kritik Musik Menerapkan Dalam Nilai Estetis Dari Sebuah Tari Kreasi Jenis Dari Karya Seni Grafis Berdasarkan Teknik Nilai Estestik Dan Menulis Kritik Dalam Seni Teater Latihan Teknik Pemeranan Dalam Seni Teater Modern

Lakondalam sebuah pertunjukan teater merupakan hasil karya kolektif masyarakat, sastrawan atau seniman yang dipaparkan atau diwujudkan dalam bentuk naskah lakon, baik dengan cara ditulis ataupun tidak tertulis. Lakon dalam pertunjukan seni teater merupakan pelengkap yang paling utama dan paling pokok dari keseluruhan bentuk penyajian keseniannya.
Pilihlah salah satu jawaban berikut yang anda anggap paling benar ! 1. Kata teater berasal dari bahasa Yunani yaitu Theatron yang artinya adalah…… C. Tempat untuk berkreasi E. Tempat menyanyi dan menari 2. Pengertian teater dalam arti yang luas maksudnya adalah…… A. segala pertunjukan yang dipentaskan didepan orang banyak B. cerita tentang hidup dan kehidupan manusia yang dipentaskan didepan orang banyak dengan menggunakan naskah tertulis C. semua gedung yang dibuat untuk mementaskan pertunjukkan teater D. teater yang ditonton oleh orang banyak E. teater yang jumlah pemainnya lebih dari satu orang 3. Saat menentukan judul dalam cerita, maka harus lebih dulu menentukan… 4. Apakah yang dimaksud memodifikasi naskah teater…. A. Menulis kembali naskah teater dengan tidak merubah cerita B. Menulis kembali naskah teater dengan merubah semua prosedur penulisan naskah teater C. Menulis kembali naskah teater dengan merubah komponentokoh,plot/alur,setting cerita tanpa merubah inti cerita D. Menulis kembali naskah teater dengan baik dan benar E. Menulis kembali naskah teater dengan tidak memberi dialog pada naskah 5. Dalam menyusun naskah kita perlu menentukan tema, apakah yang dimaksud dengan tema… A. Plot yang ada dalam cerita B. Pesan yang akan disampaikan kepada penonton C. Setting yang ada pada keseluruhan cerita D. Gagasan utama atau pokok pikiran dalam pementasan E. Pengaturan posisi pemain dalam sebuah panggung 6. Dalam penulisan naskah, kita harus menentukan alur, dalam cerita ada tiga macam alur yaitu… A. Alur eksposisi, alur maju, alur balik B. Alur klimaks, alur maju, alur mundur C. Alur maju mundur, alur resolusi, alur balik D. Alur maju, alur balik, alur belok E. Alur maju, alur mundur, alur maju mundur/bolak balik 7. Rangkaian peristiwa atau jalannya kisah drama yang didalamnya terdapat konflik yang berkembang secara bertahap dari sederhana hingga kompleks sampai pada penyelesaian akhirnya, disebut…… 8. Seni dalam membawakan peran orang lain diluar dari dirinya merupakan pengertian dari … 9. Agar menghayati perannya, aktor bisa mengobservasi orang disekitarnya sehubungan dengan peran yang dimaksud. Ia perlu mengamati hal-hal berikut, kecuali…… Banyak cara yang dilakukan seorang aktor untuk melatih dirinya agar menjadi aktor yang baik, salah satunya adalah dengan melakukan latihan ketangkasan seperti pada gambar disamping. Gambar tersebut merupakan salah satu cara yang dilakukan seorang aktor untuk melatih… 11. Salah satu cara kita untuk melatih olah tubuh dalam pemeranan karakter adalah … 12. Pernapasan dan pengucapan merupakan contoh dari latihan … 13. Penentuan pemeran tokoh-tokoh dalam sebuah drama disebut dengan …. 14. Peran utama yang menjadi pusat perhatian penonton yang bersifat baik, rendah hati, penolong lembut disebut dengan ….. 15. Salah satu contoh pertunjukan teater tradisional adalah dengan mementaskan cerita tentang “Malin Kundang” yang dikutuk oleh ibunya sehingga menjadi batu. Simbol Malin Kundang yang menjadi batu tersebut adalah menyimbolkan anak yang … 16. Menetapkan sasaran lalu memilih tindakan yang akan diambil dari berbagai alternatif yang ada, merupakan fungsi manajemen pertunjukan bagian…. 17. Tim produksi dibagi menjadi,…. A. Manajemen produksi dan manajemen administrasi B. Manajemen kegiatan dan manajemen produksi C. Manajemen artistik dan non artistik D. Manajemen administrasi dan manajemen artistik E. Manajemen pendanaan dan manajemen artistik 18. Apabila pertunjukan kita diketahui oleh orang lain, maka tugas divisi …… untuk merealisasikannya. 19. Tugas utama dana usaha agar pementasan berjalan dengan baik adalah…. C. Pembaca ulasan teater di surat kabar D. Mengatur bagian pencarian dana E. Mengatur jalannya acara 20. Personil yang bertugas mengelola dan bertanggungjawab dengan urusan keproduksian secara menyeluruh adalah …. 21. Merencanakan, melaksanakan dan menyimpan semua dokumentasi kegiatan pementasan pertunjukan, merupakan tanggungjawab dari divisi… 22. Perhatikan bagian-bagian manajemen pertunjukkan teater berikut ini ! 1 Konsumsi 5 Sekretaris 2 Transportasi 3 Bendahara 4 Perlengkapan Seksi yang bertanggung jawab atas kebutuhan logistik kegiatan adalah pada nomor…. 23. Berikut adalah bagian-bagian dari tata artistik, kecuali…. 24. Di bawah ini yang termasuk fungsi tata busana adalah… A. Mencitrakan keindahan penampilan B. Menggambarkan bentuk panggung C. Memberi gambaran lokasi kejadian D. Memberikan efek pencahayaan E. Menyempurnakan wajah pemain 25. Panggung yang penontonnya melingkar atau duduk mengelilingi panggung adalah… A. Panggung thrust/campuran 26. Seni menggunakan alat dan bahan kosmetik untuk mewujudkan karakter wajah tokoh adalah tugas dari…. 27. Tata rias yang mengubah penampilan wajah seseorang dalam hal umur, watak, bangsa, sifat, dan ciri-ciri khusus yang melekat pada tokoh disebut dengan…… 28. Busana yang lahir dari imajinasi dan fantasi perancang adalah tata busana….. A. Tata busana tradisional B. Tata busana sehari-hari 29. Tata rias yang dipakai untuk menggambarkan karakter tokoh tua adalah…. B. Menurunkan bentuk alis C. Memberi perona pipi berwarna merah D. Memberi garis kerutan di wajah E. Memberi body painting warna putih 30. Fungsi dari tata suara dalam pertunjukan teater adalah…… A. Membantu menggambarkan suasana dalam suatu adegan B. Memberikan efek pencahayaan C. Menggambarkan bentuk panggung D. Menyempurnakan wajah pemain E. Membedakan satu pemain dengan pemain lainnya NaskahLakon Dari Sebuah Teater Modern Indonesia Naskah Lakon Dari Sebuah Teater Modern Indonesia pertama yang menggunakan bahasa Indonesia adalah Bebasari karya Rustam Effendi, seorang sastrawan, tokoh politik, yang terbit tahun 1926. Naskah lakon sebelumnya ditulis dalam bahasa Melayu-Tionghoa, bahasa Belanda, dan bahasa Daerah. Kemudian, muncul naskahnaskah drama berikutnya yang ditulis

Naskah Lakon Dari Sebuah Teater Modern Indonesia Naskah Lakon Dari Sebuah Teater Modern Indonesia pertama yang menggunakan bahasa Indonesia adalah Bebasari karya Rustam Effendi, seorang sastrawan, tokoh politik, yang terbit tahun 1926. Naskah lakon sebelumnya ditulis dalam bahasa Melayu-Tionghoa, bahasa Belanda, dan bahasa Daerah. Kemudian, muncul naskahnaskah drama berikutnya yang ditulis sastrawan Sanusi Pane, Airlangga tahun 1928, Kertadjaja tahun 1932, dan Sandyakalaning Madjapahit tahun 1933. Muhammad Yamin menulis drama Kalau Dewi Tara Sudah Berkata tahun 1932, dan Ken Arok tahun 1934. Pandji Tisna menulis dalam bentuk roman, Swasta Setahun di Bedahulu. Bung Karno menulis drama Rainbow, Krukut Bikutbi, Dr. Setan, dan lain-lain. Tampak di sini, bahwa naskah drama awal ini tidak hanya ditulis oleh sastrawan, tetapi juga oleh tokoh-tokoh pergerakan. Sumpah Pemuda di Jakarta, yang memproklamirkan kesatuan bangsa, bahasa dan tanah air Indonesia pada 28 Oktober 1928, telah menginspirasi lahirnya Poedjangga Baroe, tahun 1933, majalah yang banyak melahirkan sastrawan dan kegiatan sastra, baik roman, puisi, cerita pendek, naskah lakon, maupun esai dari Naskah Lakon Dari Sebuah Teater Modern Indonesia. Kehidupan Teater Modern Indonesia baru menampakkan wujudnya setelah Usma Ismail menulis naskah lakon yang berjudul Citra tahun 1943. Naskah lakon yang ditulis oleh Usmar Ismail bukan bertema tentang pahlawan-pahlawan epik atau tentang para bangsawan, melainkan tentang kehidupan sehari-hari atau tentang manusia Indonesia yang sedang menggalang kekuatan menuju pecahnya revolusi. Grup Sandiwara Penggemar Maya yang didirikan oleh Usmar Ismail bersama D. Djajakoesoema, Surjo Sumanto, Rosihan Anwar, dan Abu Hanifah pada tanggal 24 Mei 1944, sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan Teater Modern Indonesia di tahun 1950. Terlebih setelah Usmar Ismail dan Asrul Sani berhasil membentuk ATNI Akademi Teater Nasional Indonesia pada tahun 1955. ATNI banyak melahirkan tokoh-tokoh teater, di antaranya Wahyu Sihombing, Teguh Karya, Tatiek Malyati, Pramana Padmodarmaja, Kasim Achmad, Slamet Rahardjo, N. Riantiarno, dan banyak lagi. Kemudian, sebagian menjadi penulis naskah lakon Indonesia. Setelah ATNI berdiri, perkembangan teater dan naskah lakon di tanah air terus meningkat, baik dalam jumlah grup maupun dalam ragam bentuk pementasan. Grup-grup yang aktif menyelenggarakan pementasan di tahun 1958-1964 adalah Teater Bogor, STB Bandung, Studi Grup Drama Djogja, Seni Teater Kristen Jakarta, dan banyak lagi, di samping ATNI sendiri yang banyak mementaskan naskah-naskah asing seperti Cakar Monyet karya Jacobs, Burung Camar karya Anton Chekov, Sang Ayah karya August Strinberg, Pintu Tertutup karya Jean Paul Sartre, Yerma karya Garcia Federico Lorca, Mak Comblang karya Nikolai Gogol, Monserat karya E. Robles, Si Bachil karya Moliere, dan lain-lain. Naskah Indonesia yang pernah dipentaskan ATNI, antara lain Malam Jahanam karya Motinggo Busye, Titik-titik Hitam karya Nasjah Djamin, Domba-domba Revolusi karya B. Sularto, Mutiara dari Nusa Laut karya Usmar Ismail dan Pagar Kawat Berduri karya Trisnoyuwono. Teater Modern Indonesia semakin semarak dengan berdirinya Pusat Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki, yang diresmikan pada 10 November 1968. Geliat teater di beberapa provinsi juga berlangsung semarak. Terlebih setelah kepulangan Rendra dari Amerika dengan eksperimeneksperimennya yang monumental, sehingga mendapat liputan secara nasional, seperti Bib Bob, Rambate Rate Rata, Dunia Azwar, dan banyak lagi dalam Naskah Lakon Dari Sebuah Teater Modern Indonesia. Kemudian, Arifin C. Noer mendirikan Teater Ketjil; Teguh Karya mendirikan Teater Populer; Wahyu Sihombing, Djadoek Djajakoesoema, dan Pramana Padmodarmaja mendirikan Teater Lembaga; Putu Wijaya Mendirikan Teater Mandiri; dan N. Riantiarno mendirikan Teater Koma. Bentuk naskah lakonnya tidak hanya untuk pertunjukan presentasional, tetapi juga representasional. Semaraknya pertumbuhan Teater Modern Indonesia dilengkapi dengan Sayembara Penulisan Naskah Drama dan Festival Teater Jakarta, sehingga keberagaman bentuk pementasan dapat kita saksikan hingga hari ini. Kemudian, kita mengenal Teater Payung Hitam dari Bandung, Teater Garasi dari Yogyakarta, Teater Kubur dan Teater Tanah Air dari Jakarta, dan banyak lagi. Grupgrup teater tersebut mempunyai bentuk-bentuk penyajian yang berbeda satu sama lain yang tidak hanya mengadopsi naskah lakon dari Barat, tetapi dengan menggali akar-akar teater tradisi kita dalam penulisan naskah lakonnya. Baca Juga Improvisasi Dan Karakter Dalam Pemeranan Dari Sebuah Teater Modern Latihan Teknik Pemeranan Dalam Seni Teater Modern Cara Bepemeranan Dari Sebuah Seni Teater Modern Demikian Artikel Naskah Lakon Dari Sebuah Teater Modern Indonesia Yang Saya Buat Semoga Bermanfaat Ya Mbloo Artikel Terkait Pengertian Lukisan Dan Aliran Gaya Lukisan Prosedur Dalam Merangkai Dari Sebuah Gerak Tari Kreasi Kolaborasi Seni Dalam Permainan Musik Jenis - Jenis Dari Sebuah Berkarya Seni Teater Jenis Jenis Dari Sebuah Lagu Modern

KonsepArtistik Lakon Wabah #TeaterKomaPentasDiSanggar. Perspektif baru lewat media digital dan inovasi pentas di sanggar juga membentuk konsep artistik yang baru. Konsep artistik yang akan dibahas terkait lakon Wabah diantaranya panggung atau pentas, set-dekor-properti, kostum, tata rias, pencahayaan, dan ilustrasi musik. 1. Pentas atau panggung. Penyusunan Dalam Naskah Lakon Teater Modern Indonesia Pertama yang harus kita lakukan adalah Penyusunan Dalam Naskah Lakon Teater Modern memilih dan menentukan tema, yaitu pokok pikiran atau dasar cerita yang akan ditulis. Saat memilih dan menentukan tema, harus mengingat kejadian/ peristiwa yang dalam pertunjukan dinyatakan sebagai laku atau action dan motif, yaitu alasan bagi timbulnya suatu laku atau kejadian/peristiwa. Kejadian/peristiwa dari laku harus diterangkan melalui rangkaian dan totalitas sebab-akibat. Timbulnya motif sebagai dasar laku merupakan keseluruhan dari rangsang dinamis yang menjadi lantaran seseorang mengadakan tanggapan. Dasar timbulnya motif, adalah kecenderungankecenderungan dasar yang dimiliki manusia, kecenderungan untuk dikenal, untuk mengejar kedudukan, dan lain-lain, yang disebabkan oleh keadaan fisik dan status sosialnya. Juga disebabkan oleh sifat-sifat intelektual dan emosionalnya. Setelah memilih dan menentukan jalan cerita yang akan ditulis, langkah selanjutnya adalah merumuskan intisari cerita yang disebut premise. Apabila premise digunakan sebagai dasar ide/ gagasan, kita akan mendapat pola cerita, ke arah mana tujuan cerita yang kita tuangkan dalam bentuk naskah lakon. Apabila kita menyeleweng dari arah yang telah ditentukan, maka kita tidak akan sampai pada tujuan dalam Penyusunan Dalam Naskah Lakon Teater Modern. Sebagaimana yang tersurat dan tersirat di dalam premise. Premise yang kita tentukan akan teruji dan terbukti kebenarannya jika kita sampai pada titik tujuan, titik akhir lakon. Oleh karena itu, kita harus benar-benar yakin akan premise yang telah ditentukan. Jangan menulis sebuah lakon yang premisenya masih kita sangsikan sendiri! Misalnya kita menentukan premise, siapa yang menggali lubang akan terperosok sendiri ke dalamnya. Bagaimana dengan kebenaran premise itu? Yakinkah kita? Nah, kalau kita yakin, kita harus berpegang pada premise itu, sehingga kita akan terhindar dari bahaya kerja yang meraba-raba. Kalau premise yang kita tulis ternyata sama dengan premise naskah lakon tertentu, kita jangan kecil hati karena hasil tulisannya akan berbeda. Pengolahannya pasti akan berbeda dengan naskah lakon yang sudah ada di Penyusunan Dalam Naskah Lakon Teater Modern. Misalnya, naskah lakon “Jayaprana dan Layonsari” dari Bali, premisenya sama dengan naskah lakon tragedi “Romeo & Juliet karya Williams Shakespeare, tetapi kedua naskah lakon tersebut berbeda. Sebagai akhir uraian tentang premise, baiklah kita kemukakan kenyataan bahwa tidak ada lakon yang baik tanpa premise. Oleh karena itu, kita sebutkan beberapa contoh • “MACBETH” karya Williams Shakerpeare Premise “Nafsu angkara murka membinasakan diri sendiri”. • “TARTUFFE” karya Moliere Premise “Siapa menggali lubang untuk orang lain, akan terjerumus sendiri ke dalamnya”. • “RUMAH BONEKA” karya Hendrik Ibsen Premise “Tiada keserasian dalam pernikahan akan mendorong perceraian”. • “DEAD END” karya Sidney Kingsley Premise “Kemiskinan mendorong kejahatan”. • “API” karya Usmar Ismail. Premise “Ambisi angkara membinasakan diri sendiri” Baca Juga Naskah Lakon Dari Sebuah Teater Modern Indonesia Improvisasi Dan Karakter Dalam Pemeranan Dari Sebuah Teater Modern Latihan Teknik Pemeranan Dalam Seni Teater Modern Demikian Artikel Penyusunan Dalam Naskah Lakon Teater Modern Indonesia Yang Saya Buat Semoga Bermanfaat Ya Mbloo Artikel Terkait Kegiatan Evaluasi Dalam Pameran Seni Rupa Unsur Pendukung Dan Pergelaran Seni Tari Merencanakan Pameran Dari Karya Seni Rupa Jenis Suara Manusia Dari Sebuah Pertunjukan Musik Barat Fungsi Dari Sebuah Iringan Tari Modern
ባጎвосвитጆզ лաβաкጎхաвОб οኃук
А ጷБիшоծխзω шоςеф
ይд ጂуሚըγ уδоջазጩռኚሜдавላхጫ և እпоηиδθ
П жոጇосеձод βուлοካοЯ и вስлէфαላыψ
Η лጆйаբፅձθ ωጶαУχዌኑеξе брθኦ
Ψዷглаξ иζፍ ратιτիтМ խբюսоፕቼ εфо
Pementasanteater berasal dari naskah lakon. Ada unsur dan teknik penyusunan naskah lakon, Adjarian. Naskah lakon atau skrenario merupakan unsur penting dalam sebuah seni teater atau drama. Adanya naskah membuat sutradara dan pemain bisa mengetahui jalan cerita, tema, alur, latar, dan penokohan mengenai pementasan yang akan Penyusunan Dalam Naskah Lakon Teater Modern Indonesia Pertama yang harus kita lakukan adalah Penyusunan Dalam Naskah Lakon Teater Modern memilih dan menentukan tema, yaitu pokok pikiran atau dasar cerita yang akan ditulis. Saat memilih dan menentukan tema, harus mengingat kejadian/ peristiwa yang dalam pertunjukan dinyatakan sebagai laku atau action dan motif, yaitu alasan bagi timbulnya suatu laku atau kejadian/peristiwa. Kejadian/peristiwa dari laku harus diterangkan melalui rangkaian dan totalitas sebab-akibat. Timbulnya motif sebagai dasar laku merupakan keseluruhan dari rangsang dinamis yang menjadi lantaran seseorang mengadakan tanggapan. Dasar timbulnya motif, adalah kecenderungankecenderungan dasar yang dimiliki manusia, kecenderungan untuk dikenal, untuk mengejar kedudukan, dan lain-lain, yang disebabkan oleh keadaan fisik dan status sosialnya. Juga disebabkan oleh sifat-sifat intelektual dan emosionalnya. Setelah memilih dan menentukan jalan cerita yang akan ditulis, langkah selanjutnya adalah merumuskan intisari cerita yang disebut premise. Apabila premise digunakan sebagai dasar ide/ gagasan, kita akan mendapat pola cerita, ke arah mana tujuan cerita yang kita tuangkan dalam bentuk naskah lakon. Apabila kita menyeleweng dari arah yang telah ditentukan, maka kita tidak akan sampai pada tujuan dalam Penyusunan Dalam Naskah Lakon Teater Modern. Sebagaimana yang tersurat dan tersirat di dalam premise. Premise yang kita tentukan akan teruji dan terbukti kebenarannya jika kita sampai pada titik tujuan, titik akhir lakon. Oleh karena itu, kita harus benar-benar yakin akan premise yang telah ditentukan. Jangan menulis sebuah lakon yang premisenya masih kita sangsikan sendiri! Misalnya kita menentukan premise, siapa yang menggali lubang akan terperosok sendiri ke dalamnya. Bagaimana dengan kebenaran premise itu? Yakinkah kita? Nah, kalau kita yakin, kita harus berpegang pada premise itu, sehingga kita akan terhindar dari bahaya kerja yang meraba-raba. Kalau premise yang kita tulis ternyata sama dengan premise naskah lakon tertentu, kita jangan kecil hati karena hasil tulisannya akan berbeda. Pengolahannya pasti akan berbeda dengan naskah lakon yang sudah ada di Penyusunan Dalam Naskah Lakon Teater Modern. Misalnya, naskah lakon “Jayaprana dan Layonsari” dari Bali, premisenya sama dengan naskah lakon tragedi “Romeo & Juliet karya Williams Shakespeare, tetapi kedua naskah lakon tersebut berbeda. Sebagai akhir uraian tentang premise, baiklah kita kemukakan kenyataan bahwa tidak ada lakon yang baik tanpa premise. Oleh karena itu, kita sebutkan beberapa contoh • “MACBETH” karya Williams Shakerpeare Premise “Nafsu angkara murka membinasakan diri sendiri”. • “TARTUFFE” karya Moliere Premise “Siapa menggali lubang untuk orang lain, akan terjerumus sendiri ke dalamnya”. • “RUMAH BONEKA” karya Hendrik Ibsen Premise “Tiada keserasian dalam pernikahan akan mendorong perceraian”. • “DEAD END” karya Sidney Kingsley Premise “Kemiskinan mendorong kejahatan”. • “API” karya Usmar Ismail. Premise “Ambisi angkara membinasakan diri sendiri” Baca Juga Naskah Lakon Dari Sebuah Teater Modern Indonesia Improvisasi Dan Karakter Dalam Pemeranan Dari Sebuah Teater Modern Latihan Teknik Pemeranan Dalam Seni Teater Modern Demikian Artikel Penyusunan Dalam Naskah Lakon Teater Modern Indonesia Yang Saya Buat Semoga Bermanfaat Ya Mbloo Artikel Terkait Latihan Bernyanyi Lagu Modern Dengan Gaya Yang Tepat Jenis Irama Dasar Dari Sebuah Seni Musik Barat Kegiatan Evaluasi Dalam Pameran Seni Rupa Jenis - Jenis Dari Sebuah Pertunjukan Musik Barat Pelatihan Pemeran Dalam Rancangan Pementasan EocfJV. 25 487 71 6 181 428 46 497 96

terangkan yang dimaksud memodifikasi naskah lakon teater