Dahulusaya melakukan kafarat dengan uang sebelum mengetahui fatwa ini, apakah saya harus membayar kafarat lagi untuk mengganti yang telah lalu, sementara aku tidak mengetahui lagi Kafarat jima di siang hari bulan Ramadhan yaitu memerdekakan budak, puasa, atau memberi makan orang fakir miskin. Lalu, apakah kafarat jima bisa dibayar menggunakan uang? Bagaimana cara membayar kafarat jima dengan uang? - Umat Islam dilarang melakukan hubungan badan jima’ di siang hari bulan Ramadhan. Jika melanggar larangan tersebut, ia harus membayar kafarat dengan puasa atau memberi makan orang miskin. Lalu, bagaimana cara membayar kafarat jima dengan uang? Baca juga Bayar Zakat Penghasilan dari Gaji Kotor atau Gaji Bersih? Ini Penjelasannya Pengertian Kafarat Sebelum membayar, kita perlu mengetahui apa itu kafarat. Kafarat berasal dari bahasa Arab, yaitu kafran yang artinya menutupi. Maksud dari kata menutupi tersebut adalah menutupi dosa. Ada berbagai pelanggaran yang harus dibayar dengan kafarat, seperti zhihar, sumpah palsu, jima’ di siang hari bulan Ramadhan, dan sebagainya. Membayar kafarat bisa dilakukan dengan memerdekakan budak, puasa, atau memberi makan orang miskin. Ketentuan membayar kafarat tergantung pada pelanggaran yang dilakukan. Kafarat Jima di Siang Hari Bulan Ramadhan Urutan kafarat jima di siang hari bulan Ramadhan yaitu memerdekakan hamba sahaya perempuan yang beriman, berpuasa selama dua bulan berturut-turut, atau memberi makan kepada 60 orang miskin, masing-masing satu mud. Membayar kafarat jima ini dikelaskan dalam hadits. Dari Abu Hurairah, Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lantas berkata, “Celakalah aku! Aku mencampuri istriku siang hari di bulan Ramadhan.” Rasulullah bersabda, “Merdekakanlah seorang hamba sahaya perempuan.” Dijawab oleh laki-laki itu, “Aku tidak mampu.” Beliau kembali bersabda, “Berpuasalah selama dua bulan berturut-turut.” Dijawab lagi oleh laki-laki itu, “Aku tak mampu.” Beliau kembali bersabda, “Berikanlah makanan kepada enam puluh orang miskin.” HR. Abu Hurairah. Berdasarkan hadits di atas, membayar kafarat jima di siang hari bulan Ramadhan dilakukan sesuai dengan kemampuan dan urutannya. Cara Membayar Kafarat Jima dengan Uang Membayar kafarat jima di siang hari bulan Ramadhan dapat dilakukan dengan cara memberikan makanan kepada 60 fakir miskin. Menurut Mazhab Hambali dan Mazhab Syafi'i, kafarat jima dibayar dengan cara memberi makan 60 fakir miskin dalam satu hari, Sedangkan, menurut Mazhab Hanafi, kafarat dapat dibayar dengan memberi makan satu orang fakir miskin selama 60 hari. Makanan yang dimaksud adalah satu mud makanan pokok atau 6,75 ons. Menurut Mazhab Hanafi, kafarat dibayar dengan setengah sha’ gandum dan satu sha kurma. Sementara, menurut Mazhab Syafi'i, tiap fakir memperoleh satu mud dari berbagai makanan pokok. Namun, bolehkah membayar kafarat jima di siang hari bulan Ramadhan dengan uang? Ada dua pendapat terkait hal ini. Mazhab Hanbali dan Syafi’i tidak memperbolehkan konversi dalam bentuk uang. Harus memberikan berupa makanan pokok. Baca juga Sejarah Penulisan Al-Quran, Hingga Terkumpul Jadi Satu Mushaf Pendapat berbeda dari Mazhab Hanafi yaitu konversi diperbolehkan asalkan nilai atau nominalnya sama. Jadi, cara membayar kafarat jima dengan uang yaitu mengkonversi harga makanan pokok, yaitu satu satu mud makanan pokok ke harga saat ini. Jika bingung bagaimana menyalurkan kafarat, menitipkannya akan lebih baik. Kita juga bisa berkonsultasi tentang jumlah kafarat yang harus dibayarkan. hfz/harapanamalmulia Sumber Republika, NU Online Klik di sini untuk bayar kafarat jima dengan uang melalui Amal Mulia. Jl. Raya Cileunyi - Rancaekek Rt 01 Rw 04 Kec. Cileunyi kab. Bandung Jawa Barat 40394 Call Center 081 1234 1400 Ulamaulama dari mazhab Zhahiri, berpendapat mereka wajib mengqadha dan bayar kafarat. Ulama-ulama dari mazhab Zhahiri, berpendapat mereka wajib mengqadha dan bayar kafarat. REPUBLIKA.ID; REPUBLIKA TV; GERAI; IHRAM; REPJABAR; REPJOGJA; RETIZEN; BUKU REPUBLIKA; REPUBLIKA NETWORK; Monday, 3 Muharram 1444 / 01

Para umat muslim mungkin pernah mendengar istilah kafarat. Namun, tidak mengetahui dengan pasti bagaimana cara membayar kafarat ini. Kafarat bisa menjadi jalan bagi umat muslim, untuk menebus dosa dan membayar denda karena melanggar larangan Allah. Dengan membayar kafarat yang sesuai dengan dosa yang dilakukan. Maka, seorang muslim bisa tidak menanggung lagi dosa dari kesalahan tersebut. Bukan berarti umat muslim bisa terbebas hanya dengan membayar sejumlah uang tertentu. Bagaimanapun ada prosedur dan juga tipe pelanggaran yang bisa dibayarkan kafaratnya. Berikut adalah penjelasan yang lebih lengkap Memahami Tentang Kafarat Sebelum mengetahui cara membayar kafarat, ada baiknya untuk mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan kafarat itu sendiri. Kafarat diambil dari Bahasa Arab yang dituliskan Kaffarah. Kata ini sendiri memiliki arti menutupi’ atau terselubung’. Dalam istilah ini, hal yang ditutupi adalah dosa yang dilakukan atas pelanggaran perintah Allah. Jika disederhanakan, kafarat bisa diartikan sebagai tindakan penebusan dosa. Bisa juga diartikan sebagai sanksi atau denda yang harus ditanggung. Setelah umat muslim melakukan pelanggaran tertentu. Kafarat juga bisa diartikan sebagai tanda taubat pada Allah SWT. Membayar kafarat memang membebaskan seorang umat muslim dari beban dosa tertentu. Namun, harus diiringi juga dengan pertaubatan di mana umat muslim tersebut berusaha untuk tidak mengulanginya lagi. Ada banyak cara untuk membayar kafarat, namun tidak semua jenis dosa dan pelanggaran memiliki nilai kafarat yang bisa dibayarkan. Ada jenis pelanggaran, tertentu saja yang memiliki nilai kafarat. Jadi, jangan berpikir semua dosa bisa gugur karena dibayarkan kafaratnya. Karena kafarat dibagi dalam beberapa jenis dengan tindakan pelanggaran tertentu. Tentu saja, jenis-jenis kafarat ini tidak meliputi semua pelanggaran dalam Agama Islam. Cara yang paling umum dan terbilang paling mudah untuk membayar kafarat adalah dengan melakukan puasa. Namun, ada juga kafarat yang harus dibayarkan dengan jumlah harta tertentu. Berikut ini adalah penjelasan yang lebih rinci Membayar Kafarat dengan Puasa Seperti yang disebutkan sebelumnya, berpuasa merupakan cara paling mudah dan umum untuk membayar kafarat. Hampir semua jenis kafarat memiliki syarat puasa di dalamnya. Jadi, tidak hanya membayarkan harta saja namun juga menahan lapar dan haus. Banyak yang berpikir bahwa tata cara puasa untuk membayar kafarat sedikit rumit dan berbeda. Padahal, anggapan ini tidak benar walaupun ditujukan untuk penebusan dosa cara pembayaran kafarat dengan puasa bisa disamakan dengan puasa Ramadhan. Hanya niatnya saja yang berbeda, ketika niat puasa Kafarat. Para umat muslim harus menyebutkan keperluan kafaratnya dalam doa. Kemudian, melakukan puasa seperti biasa yaitu menahan haus dan lapar sampai dengan matahari terbenam. Sahur dan berbuka selayaknya puasa lain di dalam Agama Islam. Lamanya puasa untuk membayar kafarat. Hal ini bergantung dengan jenis pelanggaran apa yang dilakukan. Membayar Kafarat dengan Harta Selain membayar kafarat dengan berpuasa, ada beberapa jenis kafarat yang harus dibayarkan dengan harta atau uang. Kadang juga gabungan keduanya yaitu dengan berpuasa sekaligus membayar denda tertentu. Seperti yang disebutkan sebelumnya, tidak semua jenis pelanggaran dan dosa bisa dibayarkan kafaratnya. Dosa atau pelanggaran yang bisa ditebus terutama dengan uang sangatlah terbatas. Berikut adalah cara untuk membayar kafarat dengan harta selain uang 1. Memberi Makan Fakir Miskin Membayar kafarat yang paling umum adalah dengan memberi fakir miskin. Berapa orang fakir miskin yang harus diberi makan hal ini tergantung dengan jenis kafarat yang dilanggar. Misalnya, kafarat sumpah palsu memberi makan 10 orang miskin. Sedangkan untuk kafarat jenis jima’ memberi makan 60 orang miskin. Dalam kurasi sekarang, besarannya sekitar per orangnya. 2. Memberi Pakaian Pada Fakir Miskin Selain memberikan makanan, ada pula pembayaran kafarat dengan memberi pakaian pada fakir miskin. Pembayaran kafarat ini, diterapkan pada kafarat untuk sumpah palsu atau Yamin. Jumlahnya sama dengan memberikan makanan yaitu 10 orang fakir miskin. Untuk pakaian yang seperti apa yang diberikan. Sebenarnya, masih muncul perdebatan hingga sampai saat ini. Ada yang beranggapan bahwa pakaian yang dimaksud adalah pakaian untuk shalat. Namun, yang pasti pakaian harus dalam keadaan baru dan layak. 3. Membebaskan Budak Membebaskan budak merupakan kafarat yang paling mahal dan banyak dilakukan pada masa Rasulullah SAW. Pada zaman modern sekarang tidak ada perbudakan di sekitar masyarakat. Namun, tetap bisa dilakukan dengan membayarkan uang yang setara. Biaya yang diperlukan sekitar lebih. Nilai ini disetarakan dengan nilai yang dikeluarkan oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ketika membebaskan Bilal Bin Rabah Ra dengan harta senilai 9 uqiyah. Itulah informasi mengenai cara membayar kafarat, kafarat memang bisa menjadi cara untuk menebus dosa. Namun, cara pembayarannya ternyata tidak semudah itu dan memerlukan harta yang cukup banyak.

a emas, perak dan uang; b. perdagangan dan perusahaan; c. hasil pertanian, hasil perkebunan, dan hasil perikanan; d. hasil pertambangan; hibah, wasiat, waris dan kafarat. Pasal 14: (1) Muzakki melakukan perhitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya berdasarkan hukum agama; kewajiban membayar zakat dan pajak kesadaran membayar
Jakarta, NU Online Bagi orang yang tidak mampu berpuasa secara permanen, seperti orang tua renta, orang sakit parah yang tidak bisa diharapkan kesembuhannya, dan lain sebagainya, mendapat keringanan untuk tidak melaksanakan puasa Ramadhan. Selain itu, mereka juga tidak wajib meng-qadha di lain waktu. Sebagai gantinya, mereka harus membayar fidyah atau kafarat denda. Di era milenial yang serba praktis seperti sekarang, apakah boleh membayar fidyah dengan uang? Mengingat mayoritas ulama jumhur ulama baik dari kalangan Maliki, Syafi’i ataupun Hambali, tidak boleh menunaikan fidyah dalam bentuk uang. Fidyah menurut pendapat mayoritas ini harus ditunaikan dalam bentuk makanan pokok daerah setempat. Pendapat ini berlandaskan pada nash-nash syariat yang secara tegas memang memerintahkan untuk memberi makan fakir miskin, bukan memberi uang. Syekh Wahbah az-Zuhaili dalam Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh 9/7156 menjelaskan “Mengeluarkan nominal makanan tidak mencukupi menurut mayoritas ulama di dalam kafarat, sebab mengamalkan nash-nash yang memerintahkan pemberian makanan.” Baca juga 1 Mud Fidyah Puasa Seperti dalam takaran mazhab Syafi’i, fidyah yang wajib dikeluarkan adalah satu mud 675 gram/6,75 ons per hari puasa yang ditinggalkan, berupa makanan pokok daerah setempat, dalam konteks Indonesia adalah beras. Bila satu bulan penuh berarti 30 mud gram atau 20,25 kilogram beras. Fidyah tersebut diberikan kepada fakir miskin. Lain lagi dengan pendapat ulama bermadzhab Hanafi. Menurut mereka, fidyah boleh dibayarkan dalam bentuk uang. Ulama Hanafiyah cenderung lebih longgar memahami teks-teks dalil agama yang mewajibkan pemberian makan kepada fakir miskin. Menurutnya, maksud pemberian makanan untuk fakir miskin adalah memenuhi kebutuhan mereka, dan tujuan tersebut bisa tercapai dengan membayar qimah nilai nominal harta yang sebanding dengan makanan. Yang perlu diperhatikan adalah konsep makanan pokok versi Hanafiyah yang tidak sama dengan mazhab lain, baik dari segi jenisnya ataupun kadarnya. Karena itu nilai nominalnya qimah pun menjadi berbeda dari mazhab-mazhab lain. Dalam perspektif Hanafiyah, makanan yang menjadi standar adalah terbatas pada jenis-jenis makanan yang dinash dalam hadits Nabi, yaitu kurma, al-burr gandum, anggur dan al-sya’ir jewawut. Hanafiyyah tidak memakai standar makanan pokok sesuai daerah masing-masing. Baca juga Bolehkah Membayar Fidyah Puasa dengan Uang? Sementara kadarnya adalah satu sha’ untuk jenis kurma, jewawut, dan anggur menurut sebagian pendapat, kadarnya anggur adalah setengah sha’. Sedangkan untuk gandum adalah setengah sha’. Ukuran satu sha’ menurut Hanafiyah adalah 3,25 kilogram hitungan versi Syekh Muhammad Hasan Muhammad Hasan Isma’il, editor kitab Mukhtashar al-Fatawa al-Mahdiyyah cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah-Beirut, berarti setengah sha’ adalah 1,625 kg. Dengan demikian, cara menunaikan fidyah dengan uang versi Hanafiyah adalah nominal uang yang sebanding dengan harga kurma, anggur, atau jewawut, seberat 3,25 kilogram untuk per hari puasa yang ditinggalkan, selebihnya mengikuti kelipatan puasanya. Bisa juga memakai nominal gandum seberat 1,625 kg untuk per hari puasa yang ditinggalkan, selebihnya mengikuti kelipatan puasanya. Demikianlah penjelasan mengenai penunaian fidyah dengan uang. Yang paling inti adalah, saat mengamalkan pendapat yang membolehkan, harus juga diikuti secara utuh konsep-konsepnya, agar tidak terjadi campur aduk pendapat yang dilarang. Kontributor Muhamad Abror Editor Syamsul Arifin
Artinya pendepositoan uang dilakukan berdasarkan konsep bagi hasil, bukan berdasarkan pembungaan uang yang ribawi. Bank syariah punya produk deposito yang dijamin 100% aman dari riba. Sebab uang itu memang tidak ditanamkan dengan sistem bunga, melainkan sistem bagi hasil. Juga ada aturan bahwa bank syariah tersebut tidak dibenarkan
404 Not Found - NotFoundHttpException 1 linked Exception ResourceNotFoundException » [2/2] NotFoundHttpException No route found for "GET /Blog-part-time-job-untuk-balas-chat-8162559" [1/2] ResourceNotFoundException Logs Stack Trace Plain Text Istilahini juga bisa disebut kafarat atau denda. Orang-orang yang tidak bisa menjalankan ibadah puasa karena uzur syari, boleh tidak berpuasa dan wajib menggantinya di lain waktu. Atau jika tidak mampu mengganti puasa di hari lain, bisa membayar fidyah. Membayar dengan uang. Selain dua pendapat di atas, ada juga yang memperbolehkan
Secara bahasa, kaffârah Arab—sebagian kita mengenalnya dengan istilah kifârah atau kifarat—berasal dari kata kafran yang berarti menutupi’. Maksud menutupi’ di sana adalah menutupi itu kemudian dipergunakan untuk makna lain, bahkan untuk makna yang berseberangan, termasuk makna perbuatan yang tak sengaja, seperti kesalahan dalam membunuh, sebagaimana dikemukakan dalam Tahrîru Alfâzhit Tanbîh karya Abu Zakariya Muhyiddin ibn Syaraf al-Nawawi wafat 676 H [Damaskus, Darul Qalam 1408 H], cetakan pertama, jilid I, halaman 125.Mayoritas ahli bahasa menyebut, kata "kaffarah" juga masih satu rumpun dengan kata "kufur" atau "kufrun" karena kesamaan makna, yakni "menutupi," hanya saja berkonotasi negatif. Maksud menutupi’ di sini adalah menutupi hak yang semestinya kufur ini juga sering disandingkan dengan kata nikmat, yang berarti menutupi nikmat Allah dengan tidak menysukurinya. Namun, kufur yang paling besar adalah menutupi atau menentang keesaan Allah, kenabian, dan syariat. Demikian menurut menurut Syekh Zainuddin Al-Manawi dalam At-Tauqîf alâ Muhimmâtit Taârîf, Kairo, Alamul Kutub 1990 M], cetakan pertama, jilid I, halaman 282. Lebih populer, istilah kaffarah atau kafarat lebih dikenal sebagai penebus kesalahan, sanksi, atau denda atas pelanggaran yang dilakukan. Lihat A Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir, [Surabaya, Pustaka Progresif 2002 M], cetakan ke-25, halaman 1218. Kemudian, jika dilihat dari hakikatnya, kafarat hanya berhubungan dengan hak Allah sehingga harus dibedakan dengan diat yang merupakan hak sesama makhluk, antara lain hak keluarga korban fidyah adalah harta tebusan yang dipersembahkan karena Allah akibat kelalaian dalam beribadah, sebagai kafarat atas kelalaian dalam ibadah tersebut. Contoh dari kafarat ibadah puasa, bercukur, atau mengenakan pakaian yang dijahit saat ihram. Lihat Ahmad Mukhtar Abdul Hamid, Mujamul Lughah Al-Arabiyyah Al-Muashirah, [Kairo, Alamu Kutub 2008 M], cetakan pertama, jilid II, halaman 1682.Secara umum, fidyah terbagi atas dua, ada yang berupa takaran mud dan ada yang berupa dam. Fidyah yang berupa mud di antaranya adalah fidyah puasa orang tua, fidyah karena mengakhirkan qadha, mencabut satu helai rambut saat ihram, memotong satu kuku. Sedangkan fidyah yang berupa dam antara lain karena berburu hewan Tanah Haram, karena bersenggama saat ihram, mencukur rambut, mengenakan wewangian, memakai pakaian dijahit, memotong kuku, meninggalkan ihram dari miqat, menebang pohon Tanah Haram, meninggalkan thawaf qudum dan thawaf wada, dam tamattu dan demikian, fidyah adalah harta tebusan yang menjadi turunan dari kafarat. Sedangkan dam adalah turunan dari fidyah atau bentuk dari kafarat akibat pelanggaran dalam ibadah Syekh Ahmad bin Ahmad Al-Mahamili dalam Al-Lubab fîl Fiqhis Syâfii Madinah, Darul Bukhari 1416 H], terbitan pertama, halaman 184 menyebutkan bahwa secara umum kafarat ada empat 1 kafarat zhihar, 2 kafarat hubungan badan di bulan Ramadhan, 3 kafarat pembunuhan, dan 4 kifarat yamin. Itulah keempat jenis kafarat yang dikemukakan oleh Syekh Ahmad bin Ahmad. Hanya saja, dalam beberapa kitab yang lain, yaitu Al-Majmu Syarhul Muhadzab, ada jenis kafarat yang kelima, yakni kafarat haji. Ini artinya, terdapat perbedaan dalam memandang kafarat ini, salah satunya, disebabkan karena pelanggaran dalam ibadah haji oleh sebagian ulama tidak disebut sebagai kafarat, melainkan sebagai dam atau fidyah. Dengan kata lain, dam merupakan bentuk kafarat dalam pelanggaran ibadah haji sehingga dalam penggunaannya bisa saling menggantikan. Bentuk kafarat sendiri bisa dengan memerdekakan budak, berpuasa, atau memberi makan orang miskin. Dalam praktiknya, ada kafarat yang harus berurutan, ada yang boleh dipilih salah satunya sebagaimana petikan berikutوَيَدْخُلُ الْعِتْقُ بِهَا فِي نَوْعَيْنِ الْأَوَّلُ الْكَفَّارَةُ تَرْتِيبًا بِنَصْبِهِ تَمْيِيزًا وَهُوَ كَفَّارَةُ الظِّهَارِ وَالْقَتْلِ وَالْجِمَاعِ فِي نَهَارِ رَمَضَانَ وَالثَّانِي الْكَفَّارَةُ تَخْيِيرًا وَهُوَ كَفَّارَةُ الْيَمِينِ Artinya, “Masuknya memerdekakan budak ke dalam kafarat terbagi menjadi dua keadaan. Pertama, ke dalam kafarat yang harus dilakukan berurutan dan dibedakan pelaksanaannya, yakni kafarat zhihar, kafarat pembunuhan, dan kafarat hubungan badan sengaja di siang hari. Kedua, masuk ke dalam kafarat yang boleh dipilih, yakni kafarat yamin sumpah,” Lihat Syekh Zakariya Al-Anshari, Asnâl Mathâlib fî Syarhi Raudhatit Thâlib, [Tanpa catatan kota, Darul Kitab Al-Islami], tanpa tahun, jilid III, mulai dari halaman 362.Pertama, kafarat zhihar. Kata zhihar sendiri diambil dari kata zhahr yang berarti punggung’. Kemudian, istilah ini dipergunakan ketika ada seorang suami menyamakan punggung istrinya dengan punggung ibunya, seperti mengatakan, “Bagiku, engkau seperti punggung ibuku.” Hanya bagian tubuh punggung yang disamakan, bukan yang lain, sebab hanya bagian itu yang biasa dipakai menggendong. Hukumnya haram dilakukan berdasarkan ayat yang artinya, “Orang-orang yang menzhihar istrinya di antara kamu, menganggap isterinya sebagai ibunya, padahal istri mereka itu bukanlah ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun,” Surat Al-Mujadilah ayat 2.Pada zaman Jahiliyyah, zhihar menjadi cara menceraikan istri seperti halnya ilâ. Namun, setelah Islam datang, hukumnya diharamkan dan pelakunya terkena kafarat jika ingin menarik kembali ucapannya berdasarkan lanjutan ayat di atas, “Orang-orang yang menzhihar istri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka wajib atasnya memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” Surat Al-Mujadilah ayat 2.يَحْرُمُ بِوُجُوبِ الْكَفَّارَةِ لَهُ وَطْءٌ مِنْ الْمُظَاهِرِ حَتَّى يُكَفِّرَ بِالْإِطْعَامِ أَوْ غَيْرِهِArtinya, “Dengan adanya kewajiban kafarat, haram bagi suami yang melakukan zhihar berhubungan badan sampak zhiharnya ditutupi atau dikafarati dengan memberi makanan atau yang lainnya,” Lihat Syekh Zakariya Al-Anshari, Asnâl Mathâlib fî Syarhi Raudhatit Thâlib, [tanpa kota, Darul Kitab Al-Islami tanpa tahun], jilid II, mulai dari halaman 360. Adapun kafaratnya adalah memerdekakan seorang budak perempuan mukmin yang normal tanpa cacat. Jika tidak mampu, seseorang harus berpuasa selama dua bulan tidak mampu, ia harus memberi makanan kepada enam puluh orang miskin, masing-masing satu mud, berdasarkan ayat berikut, “Barangsiapa yang tidak mendapatkan budak, maka wajib atasnya berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa wajiblah atasnya memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih,” Surat Al-Mujadilah ayat 2-4.Berbeda dengan kafarat yang lain, kafarat zhihar tidak memberi pilihan. Artinya, ketiga bentuk kafaratnya harus ditempuh sesuai urutan dan kemampuan, sebagaimana di atas. Wallahu alam. bersambung…Ustadz M Tatam Wijaya, Pengasuh Majelis Taklim Syubbanul Muttaqin Jayagiri, Sukanegara, Cianjur, Jawa Barat.
\nmembayar kafarat dengan uang
TRIBUNKALTIMCO - Apakah kalian pernah mencoba aplikasi penghasil uang berbasis game yang dapat menghasilkan Rp 100 Ribu perhari serta terbukti membayar Membayar Kafarat Dalam Bentuk Uang PertanyaanAyah kami berwasiat untuk menunaikan sepuluh kafarat pelanggaran sumpah. Bagaimana kami menunaikan sepuluh kafarat tersebut? Apakah kami boleh membayarnya dalam bentuk uang? Jawaban Cara menunaikan setiap masing-masing dari sepuluh kafarat yang disebutkan adalah dengan memberi makan sepuluh orang miskin, memberi mereka pakaian, atau memerdekakan seorang budak yang beriman. Jika kafarat tersebut ditunaikan dengan memberikan makanan, maka setiap orang cukup diberi setengah sha’ gandum, beras, atau bahan makanan pokok lainnya. Diperbolehkan juga menunaikan sepuluh kafarat tersebut dengan memberi makanan kepada sepuluh orang miskin yang masing-masing mendapatkan lima sha’. Tidak diperbolehkan membayar kafarat tersebut dengan uang. Wabillahittaufiq, wa Shallallahu ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam. ulAh. 300 187 453 495 168 82 54 447 240

membayar kafarat dengan uang